Ibn Rusyd (1126-1198) populer pecinta buku. Dr Ahmad Fuad al- Ahwany dalam al- Falsafah al- Islamiyah menuturkan bahwa dalam hidupnya, Ibn Rusyd hanya dua kali tidak memegang buku. Ketika malam pengantinnya dan malam wafat ayahnya. Terkait dengan insiden pembakaran karya- karyanya, Ibn Rusyd berkata kepada seorang muridnya. Berikut percakapannya. When zealous muslims burnt the books of Averroes, a disciple of his began to weep. Averroes said to his student, My son, if you are lamenting the condition of the muslims, then tears equal to the seas will not suffice. If you are crying for the books, then know that ideas have wings and transcend aeons to reach the minds of thinking people. Ketika sekelompok muslim sangat bernafsu mengkremasi buku-buku Ibn Rusyd, salah seorang muridnya mulai menangis. Ibn Rusyd berkata kepada muridnya itu, Anakku, kalau engkau menyesali kondisi umat Islam ini, meskipun air matamu sama dengan air laut, itu pun tidak sepadan. Jika engkau tangisi nasib buku- buku itu, kemudian mengetahui bahwa wangsit bersama-sama mempunyai sayap dan dapat terbang melampaui (waktu) berabad- kurun lamanya untuk mencapai pikiran orang yang waras.
Advertisement