Gulistan, Sa'di Shirozi Gulistan yakni karya legendaris Sa'di Shirozi. Karya Sa'di ini ditulis di tengah- tengah huru- hara politik dan serangan tentara Mongol ke Baghdad. Sa'di sendiri pernah ditangkap dan dipenjara oleh tentara Salib. Jadi, Gulistan ditulis pada dikala berkecamuknya perang Salib dan serangan Jengis Khan. Dikisahkan bahwa pada dikala penghancuran kota Baghdad oleh Jengis Khan, Sa'di sanggup lolos dari maut. Kekejaman tentara Mongol demikian tak terperikan. Penduduk kota dipenggal. Gadis- gadis manis dikumpulkan di lapangan dan diperkosa beramai- ramai. Kitab dan karya- karya monumental ulama dan para saintis muslim dibakar. Sebagian ditenggelamkan di sungai Tigris. Sampai sungai Tigris hitam dengan tinta kitab- kitab yang dibuang dari Perpustakaan Bait al Hikmah. Sungai Tigris juga merah alasannya yakni darah para penduduk Baghdad mengalir. Kekejaman tentara Mongol tak terperikan. Mengerikan. Semenjak Sa'di lolos dari ajal penyerangan kota Baghdad, ia berkelana ke aneka macam wilayah di Timur dan di Barat. Ia mengembara ke India ( Somnath, Punjab, Gujarat, Ghazna), Balkh, Herat, Yaman, Hijaz ( Mekkah- Madinah), Yerussalem, Mesir, Maroko, Balkan, Mediteranian, Khasgar, China dan Anatolia ( Turki). Setelah pengembaraannya yang panjang ini, dan melewati darat dan laut, Sa'di menulis kitab Gulistan. Gulistan dipandang sebagai karya otentik alasannya yakni mempunyai banyak pesan- pesan moral. Gulistan berbeda juga dengan karya Jalaluddin Rumi yang populer itu, Fihi ma Fihi. Dalam Gulistan Kisah Yusuf dan Zulaikha mengambil porsi yang cukup panjang. Barangkali cerita cinta Yusuf- Zulaikha mempunyai pesan watak dan cinta yang sangat mendalam bagi kemanusiaan. Sa'di juga berkisah wacana penderitaannya ditangkap dan dipenjara oleh tentara Prancis. Waktu itu dia menelusuri gurun dari Damaskus menuju Yerussalem. Untuk menghindari manusia, Sa'di bergabung dengan binatang. Tapi aral melintang, dia tetap ditangkap. Disuruh bekerja dan menggali parit bersama dengan orang- orang kafir. Pemimpin Aleppo menemukan Sa'di dalam keadaan menyedihkan itu, kesannya ditebusnya 10 dinar. Sewaktu datang di Aleppo, ia dinikahkan dengan puteri sang pemimpin Aleppo dengan mahar 100 dinar. Belakangan, Sa'di menceraikan isterinya ini alasannya yakni ceriwis dan banyak tuntutan. Sa'di tersohor dengan karya dan petuah-petuahnya. Salah satu kalimat Sa'di yang diabadikan dan tertulis di pintu masuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ialah: ...Human beings are members of a whole. In creation of one essence and soul. If one members is afflicted with pain. Other members uneasy will remain..if you have no symphaty for human pain. The name of human you cannot retain...manusia yakni anggota (keluarga) dari sesama. Dalam penciptaan pun dari esensi dan jiwa yang sama. Jika salah satu anggota terganggu ( tersakiti)... Anggota yang lainnya tidak ( boleh) tinggal diam. Jika engkau tidak simpati pada penderitaan orang lain, (maka) predikat insan tidak sanggup engkau sandang.
Advertisement