Ada yang tahu film Pete’s Dragon? Sebuah film petualangan fantasi ihwal anak berjulukan Pete dan seekor naga yang hidup di hutan Pasifik Barat Laut (Pacific North West). Dari awal film Pete’s Dragon memakai latar hutan ketika Pete dan keluarganya jadinya mengalami kecelakaan. Kedua orangtua Pete meninggal dalam kecelakaan dan Pete hidup menyelamatkan diri ke hutan kawasan Pete bertemu naga hijau. Latar belakang dalam film ini banyak memakai hutan yang sangat luas dengan pohon-pohon yang besar dan ada penjaga hutan yang setiap hari mengontrol hutan tersebut. Hutan dalam film ini terlihat asri, hijau, sejuk, dan sebagai penikmat film Aku menyadari banyak film yang memakai hutan untuk kegiatan kemping dan wisata alam. Aku sempat berpikir ketika menonton film Pete’s Dragon itu, adakah konservasi hutan menyerupai itu di Indonesia? Yang sangat luas, banyak pohon, dilindungi, sanggup dipakai untuk wisata dan pengenalan alam kepada anak-anak.
Ternyata Delia von Rueti, seorang desainer embel-embel papan atas ini juga berpikiran sama dan mempunyai mimpi mempunyai Taman Hutan Hujan Tropis menyerupai di negara yang pernah Delia tempati menyerupai di Amerika ketika Delia menimba ilmu. Delia ingin mewujudkan mimpinya tersebut dengan mendonasikan 2.500 hektar lahan pribadinya di Muara Teweh, Kalimantan Tengah untuk dijadikan Taman Hutan Hujan Tropis. Ibu dari tiga (3) orang anak wanita ini mendapatkan proteksi dari suaminya, Patrick von Rueti seorang bankir asal Swiss.
Lahan langsung Delia von Rueti seluas 2.500 hektar yang didonasikan untuk dijadikan Taman Hutan Hujan Tropis terletak bersahabat dengan Bandar Udara Baringin, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Lahan tersebut akan ditanami aneka macam macam pohon dengan jenis kayu keras menyerupai pohon kayu besi, pohon kayu ulin, phon meranti yang merupakan jenis pepohonan yang sanggup tumbuh cepat di hutan tropus Kalteng. Berbagai macam buah tumbuhan keras menyerupai manggis, nangka, tamarin, ketapang juga akan ditanam disana. “Saya ingin menjadikannya sebagai taman paling indah dan dengan cita-cita para satwa akan kembali ke habitatnya dengan tumbuh dan berbuahnya pohon-pohon di hutan tropis, banyak buah yang sanggup mereka makan,”
Pada tanggal 23 November 2016 lalu, Delia von Rueti mengundang media dan blogger dalam Gathering Love and O2 yang diselenggarakan di Majapahit Lounge, Hotel Grand Hyatt Indonesia, Jakarta. Gerakan Love and O2 digagas oleh Delia von Rueti sebagai sebuah panggilan untuk menyayangi Bumi. Delia von Rueti menjamu ajakan dan meminta kami yang hadir menyerupai berada dirumah sendiri, pertemuan layaknya berbincang biasa. Bagi Delia von Rueti untuk menyayangi Bumi juga sanggup dimulai dalam lingkungan keluarga, ialah dengan menanam pohon dan tumbuhan di halaman rumah kita sendiri dan mengenalkan alam kepada bawah umur sedari kecil serta untuk menyayangi alam.
“Dengan segala kerendahan hati, saya sebagai individu, seorang istri dan seorang Ibu ingin membantu dan mengajak kita semua biar sanggup menikmati kondisi yang lebih baik bagi planet kita yang indah ini. Bersama Love and O2 kami juga ingin meningkatkan kesadaran dan menyebarkan cinta untuk Bumi sehingga kita tidak pernah lupa betapa berharganya Bumi ini,” ungkap Delia von Rueti yang elegan nan inspiratif ini. Aku sangat mengagumi ketulusan dan kebaikan hatinya untuk Bumi ini melalui Gerakan Love and O2 ini.
Lahan langsung Delia von Rueti seluas 2.500 hektar yang didonasikan untuk dijadikan Taman Hutan Hujan Tropis terletak bersahabat dengan Bandar Udara Baringin, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Lahan tersebut akan ditanami aneka macam macam pohon dengan jenis kayu keras menyerupai pohon kayu besi, pohon kayu ulin, phon meranti yang merupakan jenis pepohonan yang sanggup tumbuh cepat di hutan tropus Kalteng. Berbagai macam buah tumbuhan keras menyerupai manggis, nangka, tamarin, ketapang juga akan ditanam disana. “Saya ingin menjadikannya sebagai taman paling indah dan dengan cita-cita para satwa akan kembali ke habitatnya dengan tumbuh dan berbuahnya pohon-pohon di hutan tropis, banyak buah yang sanggup mereka makan,” Siapapun boleh mengunjungi Taman Hutan Hujan Tropis, sangat terbuka untuk umum. This my charity for my country,” ujar Delia von Rueti yang sangat mengidamkan negaranya Indonesia kawasan dimana dirinya lahir dan dibesarkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Bahkan mendapatkan relawan untuk sanggup membantu Delia von Rueti untuk merawat isi taman hutan konservasinya seluas 2.500 hektar tersebut. Tamn Hutan Hujan Tropis sangat berperan dalam kehidupan. Tanpa kita sadari 40% penghasil oksigen yang kita hirup dihasilkan oleh Hutan Hujan Tropis. So, penting banget kan keberadaan hutan hujan tropis untuk kita rawat dan lestarikan di jaman yang makin hari alam semakin rusak, hewan-hewan keluar dari habitatnya alasannya habitatnya rusak dan animo yang semakin tak menentu alasannya pemanasan global.
1 Tshirt for 1 Tree untuk Love and O2
Menanam pohon itu gampang namun merawatnya yang diakui Delia von Rueti memerlukan perjuangan. Delia von Rueti membuat desain kaos (tshirt) khusus yang dibentuk untuk dijual dengan harga sekitar Rp.100 ribu. Desain kaosnya memakai gambar koleksi langsung Delia von Rueti. Hasil penjualan kaos 100% dipakai untuk perawatan hutan konservasinya. Delia von Rueti tidak ingin memaksakan orang lain untuk membeli kaosnya. “Jika tidak suka dengan desain kaos Love and O2 saya tidak apa-apa, menjadi hak anda untuk tidak membelinya. Yang saya inginkan cukup anda berbuat baik kepada alam,” ujar Delia von Rueti.
Bahkan untuk mewujudkan mimpinya dan Gerakan Love and O2, Delia von Rueti memakai pendapatan dari “her own kitchen money”. Aku hingga berdecak kagum dengannya. Ternyata bukan hanya Aku dan Blogger Crony saja yang mendukung Delia von Rueti untuk Gerakan Love and O2 ini. Sejumlah artis juga mendukung Gerakan Love and O2 bahkan tanpa pamrih atau disebut Teuku Zacky sebagai artis Zero Rupiah. Sebut saja Titi DJ, Teuku Zacky, Aming dan istri hadir dalam gathering untuk menunjukkan dukungannya dalam Gerakan Love and O2. Mereka hadir memakai kaos Love and o2.
 |
| Yang mendukung Delia von Rueti |
Titi DJ yang sudah berteman usang sangat mendukung Delia von Rueti, bagi Titi DJ apapun gerakan yang bekerjasama dengan pelestarian alam itu tidak memerlukan fatwa panjang. Diakui Aming revitalisasi hutan memang sudah menjadi kebutuhan utama dalam fenomena alam yang belakangan terjadi. “Mari kita bertanggung jawab untuk kelestarian pohon alasannya tanggungjawab pelestarian alam ada di tangan,” ujar Aming semangat. Disebutkan oleh Delia von Rueti masih banyak artis yang tidak hadir juga peduli alam dan mendukung Gerakan Love and O2, menyerupai Titi Radja Bintang, Baim Wong, Yenny Wahid, Luna Maya, Chelsea Islan, dan masih banyak lainnya.
Sebanyak 620 keluarga, 11 desa dan 3 camat disekitar Taman Konservasi Delia von Rueti juga mendukung dan jadinya banyak yang diberdayakan oleh Delia von Rueti untuk membantu menjaga dan menanamkan nilai-nilai pentingnya kelestarian alam. Sejauh ini sudah lebih dari 135ribu kaos Love and O2 terjual dan pada 27 November kemudian Gerakan Love and O2 turun ke jalan untuk bergabung dalam CFD untuk memperkenalkan lebih luas lagi ihwal Gerakan Love and O2. Gerakan Love and O2 dalam CFD dimeriahkan dengan Zumba bersama dan kehadiran beberapa artis. Kaos Love and O2 juga sanggup dibeli dikala program atau bagi yang tidak sempat mengikuti acaranya juga sanggup membeli kaos Love and O2 di Plaza Indonesia dan website Loveand O2.
Dengan goresan pena ini juga sebagai blogger yang disebut Delia von Rueti sebagai bunyi dan tangan rakyat mengakui Delia von Rueti sangat mulia. “Jika kita menganggap suatu gerakan atau kegiatan itu positif maka tulislah hal positif tentangnya. Jika kita tidak bahagia dengan gerakan atau suatu kegiatan maka kritiklah sebisa kita dengan disertai solusinya,” ujar Delia von Rueti mengingatkan tugas blogger dan media di masyarakat.-RGP-
“Keindahan seorang insan tidak dinilai dari bagaimana cara mereka berbicara, berjalan mupun bagaimana penampilannya. Keindahan yang bergotong-royong terpancar dari rasa cintanya, dari kepeduliannya, dan bagaimana mereka berbagi” Delia von Rueti
Advertisement