Menarik membaca pikiran Ken Robinson yang diulas Yuswohady dibawah judul Menggugat "Pendidikan Bonsai". Tragedi terbesar pedidikan pintar balig cukup akal ini yaitu tidak membebaskan. Tidak melahirkan insan merdeka. Tidak mendidik insan berdikari dan independent.
Pendidikan tak ubahnya sebagai alat dan sekrup kapitalisme. Pendidikan dikesankan sebagai alat untuk mencari makan, mengejar kekuasaan, dan untuk menggapai ketenaran.
Peserta bimbing disodori soal-soal multiple choice. Mereka diarahkan untuk mencapai sasaran nilai dan indeks prestasi akademik tinggi. Pendidikan gagal untuk menemukan jati diri pesera didik. Pendidikan sejatinya membebaskan ibarat gagasan Paulo Freire. Pendidikan semestinya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan alternatif sejatinya yang lebih holistis, humanis, dan kreatif. Pendidikan yang mengedepankan empat dimensi: ekonomis, sosial, kultural dan personal.
Pendidikan harus bisa mentransformasi anak bimbing menjadi insan pintar balig cukup akal yang berpengetahuan, berkepribadian dan berkearifan, tulis Yuswohady.
Persoalan utama dan kegelisahan Robinson yaitu How Schools Kill Creativity. Walhasil, pendidikan harus melahirkan sosok kreatif, dan sosok pengubah dunia. Untuk lebih detail, ada buku Tony Wagner, Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World, 2015. (Komoas, 11 Januari 2016, h.29).
Pendidikan tak ubahnya sebagai alat dan sekrup kapitalisme. Pendidikan dikesankan sebagai alat untuk mencari makan, mengejar kekuasaan, dan untuk menggapai ketenaran.
Peserta bimbing disodori soal-soal multiple choice. Mereka diarahkan untuk mencapai sasaran nilai dan indeks prestasi akademik tinggi. Pendidikan gagal untuk menemukan jati diri pesera didik. Pendidikan sejatinya membebaskan ibarat gagasan Paulo Freire. Pendidikan semestinya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan alternatif sejatinya yang lebih holistis, humanis, dan kreatif. Pendidikan yang mengedepankan empat dimensi: ekonomis, sosial, kultural dan personal.
Pendidikan harus bisa mentransformasi anak bimbing menjadi insan pintar balig cukup akal yang berpengetahuan, berkepribadian dan berkearifan, tulis Yuswohady.
Persoalan utama dan kegelisahan Robinson yaitu How Schools Kill Creativity. Walhasil, pendidikan harus melahirkan sosok kreatif, dan sosok pengubah dunia. Untuk lebih detail, ada buku Tony Wagner, Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World, 2015. (Komoas, 11 Januari 2016, h.29).
Advertisement