-->

Raker Iain Bukittinggi

Raker Iain Bukittinggi
Raker Iain Bukittinggi
Prof Nur Syam memberi sambutan dan memberi aba-aba untuk peningkatan kinerja pegawai.

Mimpi itu yaitu setengah cita-cita. Setengah keinginan yaitu setengah keberhasilan. Maka marilah kita bermimpi untuk mencapai cita-cita.
Saya kalu mau mengunjungi sebuah perfuruan tinggi, saya berpikir, apa ajakan mereka. Kita harus bisa mengelola komunikasi antara kawasan dan pusat. Era kini ini sangat penting mempunyai kemampuan koordinasi dan komunikasi. Komunikasi yang baik akan menciptakan sesuatu banyak yang bisa kita kerjakan.
Saya sangat bahagia bahwa semua peserta raker berseri- seri. Itu sebuah menandakan bahwa di IAIN Bukittinggi ada suatu harapan.
Ada tiga hal pokok yang ingin saya sampaikan sebagai berikut:
1. Management performa. Di kala kini perlu pengelolaan dan administrasi kinerja. Akhir- tamat ini kita mengenal kata kunci administrasi kinerja.
Yang pertama, pada awal tahun kita menciptakan perjanjian kinerja. Kalau Ibu Ridha, pada awal tahun dengan Dirjen Pendis. Pak Kakanwil harus menciptakan perjanjian kinerja dengan Sekretaris Jenderal Kemenag RI. Pak Dekan harus mempunyai perjanjian kinerja dengan rektornya. Demikian pula dengan para Kabag harus menciptakan perjanjian kinerja dengan Kepala Biro. Perjanjian kinerja harus kita tepati. Inilah yang disebut sebagai performa management.
Kita harus terus mengevaluasi kinerja kita. Target kinerja. Indikator kinerja. Dan capaian kinerja. Tiga indikator tersebut harus dicapai.
Seluruh eselon satu harus memaparkan kerjanya di hadapan pak Menteri. Dalam penilaian Sekretaris Jenderal dengan sasaran 100% setiap tahun. Ternyata, sesudah dievaluasi hanya mencapai 72%. Dan bahkan ada kinerja dengan nol, lantaran regulasi yang tidak mendukung. Seperti dihentikan lagi membangun kantor. Maka seluruh budget yang dipersiapkan untuk pembangunan kantor tidak ada realisasi.
Saya berharap, mestinya dalam rapat kerja kali ini sanggup menampilkan target, indikator dan capaian kinerja. Tentu hal ini penting, selain merancang kegiatan tahun 2016.
Kita mungkin masih akan konsisten dengan administrasi kinerja ini. Meskipun sudah ada beberapa kritik terhadap administrasi kinerja. Sepeti Maybank, bank dari Malaysia. Mulai bergerak sangat cepat di Indonesia. Sebab, model ini, pada awal tahun target. Pada pertengahan tahun evaluasi. Dan di tamat tahun ada capaian kinerja. Ini tidak fear. Mestinya yaitu administrasi performa berkelanjutan. Bahwa setiap pimpinan harus melaksanakan choaching untuk terus melaksanakan pembimbingan, dan mendampingi terus. Pemimpin terus melaksanakan training dan pendampingan. Kalau ada problem- problem yang dihadapi, harus dilakukan percepatan. Jangan biarkan setiap staf bekerja dengan dirinya sendiri. Tetapi teruslah memberi bimbingan kepada mereka.
Di dalam lembaga penerimaan DIPA, Kemenag RI memperolehnya eksklusif dari presiden. Karena ada beberapa hal yang merupakan capaian Kemenag. Kemenag yaitu sepuluh satker terbesar dan anggaran terbesar. Kemenag mempunyai 4.510. Bahkan mungkin Kemenag satker terbesar dunia dan akhirat. Persyaratan kedua, Kemenag sudah empat kali mendapat opini BPK dengan capaian WTp. Persyaratan ketiga, ada konsistensi kegiatan kerja.
Di dalam pidatonya, pak Jokowi menjelaskan bahwa kegiatan kerja harus realistis. Pemberdayaan, penguatan, contohnya Bu Susi menciptakan kegiatan pemberdayaan nelayan. Yang paling terperinci yaitu membeli jaring, berapa? Membeli kapal berapa? Sesuatu yang bisa diukur. Measurable. Kalau mebeli kapal, berapa banyak.
Misalnya dalam penelitian, jangan lagi menggunakan pemberdayaan mutu penelitian.
Dan yang paling penting yaitu kegiatan yang sangat diperlukan masyarakat. Apalagi di dunia perguruan tinggi, semakin ajaib semakin diminati.
Bob Sadino, para professor banyak ide, tidak dilaksanakan. Saya hanya mempunyai satu ide, tetapi saya laksanakan. Maka bisa kaya.
Presiden Jokowi meminta seluruh kementerian untuk mengevaluasi selurub program. Yakni dengan melihat priority dan measurable.
Kita ingin tahu target, indikator dan capaian kinerja. IAIN Bukittinggi saya rasa bisa melaksanakan ini. Saya rasa para rektor bisa berkumpul untuk mengevaluasi hal- hal menyerupai ini. Saya kira hal- hal ini yang perlu kita perhatikan.
Terusan ceramah saya nanti pak Zain. Jabatan dia sangat luar biasa, Kasubdit Pengembangan Akademik. Beliau paling bertanggung jawab untuk pengembangan akademik.
Pak Menteri sangat menganjurkan budaya kerja. Dimulai dengan reformasi birokrasi.
Ada lima budaya kerja. Berintegritas.  Tanpa KKn. No corruption. No nepotism. Reformasi birokrasi sukses, jika audit internal dan eksternal sudah berhasil. Semakin sedikit temuan penyimpangan keuangan negara.
Apa yang kita nyatakan, itu juga yang kita lakukan.
Profesionalitas. Profesional yaitu orang yang disiplin. Orang yang mengerjakan pekerjaannya. Orang profesional pastilah orang disiplin. Kalau jam kantor jam 7.30, maka kita masuk sempurna waktu. Di tempat lain ada waktu atau jam fleksibel. BPK, ada tenggang waktu. Tenggang waktu harus ditambahkan. Flexible times. Kita dihentikan menoleh ke kanan dan ke kiri mengenal kedisiplinan ini. Kita harus berprinsip menjadi referensi bagi yang lain. Maka penerapan pinger print, salah satu cara  mendisiplinkan diri. Sekarang sedang kita pikirkan, bagaimana ketidakhadiran dosen yang kiprah tridharma perguruan tinggi. Kaprikornus ada banyak hal yang ke depannya harus kita lakukan. Kita harus melaksanakan yang terbaik. Kita harus menjadi referensi bagi yang lain. Kalau tugasnya sebagai pegawai perpustakaan, maka dia harus melaksanakan kiprah pelayanan maksimal untuk perpustakaan.
Kita belum mempunyai standar pelayanan yang memuaskan pelanggan kita. Customer services faction. Pelanggan kita yaitu mahasiswa dan mahasiswa.
Sekarang ini sudah muncul lagi customer loyalty. Orang tidak besar hati jika tidak menyekolahkan anak anaknya di perguruan tinggi kita. Kkta harus melaksanakan hal ini supaya pelanggan kita puas dan sangat loyal kepada kita.
Nilai inovasi. Kita harus terus melaksanakan perubahan. Kita dihentikan hanya business as usual. Di tengah kerumitan kerumitan dari banyak sekali pihak, kita harus melaksanakan inovasi. Meskipun penemuan itu sangat kecil, tetapi kita harus melakukannya.
Transparansi dan akuntabilitas. Tata kelola harus akuntabel.
Dan yang kelima, keteladanan. Kita harus menjadi teladan. Saya bahagia dengan motto Universitas Petra, Surabaya. Menjadi yang terdepan. Karena menjadi terdepan, kita akan menjadi contoh. Hari ini kita menyaksikan kehancuran teknologi Jepang hancur. Puluhan ribu karyawannya Sony harus diPHK. Karena mereka kalah melaksanakan inovasi. Samsung, Korea Selatan, lebih cepat melaksanakan penemuan dan melahirkan produk.
Kemudian yang terakhir, saya ingin sampaikan yaitu kita harus membangun budaya akademik. Academy culture, bukan budaya politik. Itulah sebabnya, Menteri Agama mengeluarkan PMA nomor 68. Bahwa pimpinan Perguruan Tinggi yang selektif, dan bukan hanya elektik. Bukan hanya yang terpilih, tetapi pimpinan yang terseleksi. Model one men one put, ternyata masih juga menyisakan suatu persoalan. Kita sungguh bergembira dengan lahirnya PMA nomor 68 ini, supaya di perguruan tinggi tumbuh lingkungan akademik.
Apalagi kita sedang menghadapi masyarakat ekonomi Asean. Sekarang sudah terjadi arus bebas tenaga profesional. Arus bebas barang dan jasa. Arus bebas penguasaan tanah. Ada dua kata kunci untuk memenangkan pertarungan ini dengan menyebabkan mahasiswa berkompeten dan bisa berkompetisi. Hampir semua perguruan tinggi di Thailand memilki prodi Bahasa Indonesia. Barangkali ke depan, kita akan melihat banyak sopir yang masuk ke sini.
Dari sekarang, kita harus merumuskan kemampuan soft skill untuk mahasiswa. Kurikulum perlu kita evaluasi. Perbaikan dan penilaian proses pembelajaran mahasiswa. Menata ulang prodi- prodi yang ada.
Kata- kata kunci untuk sukses:
Kerja keras
Kerja cerdas
Kerja ikhlas, bukan seikhlasnya.
Kerja solid
Kerja sama
Advertisement